DESA MEMBANGUN

Desa Muara Air Duo, Sentra Penghasil Kopi Terbesar di Sarolangun

128
×

Desa Muara Air Duo, Sentra Penghasil Kopi Terbesar di Sarolangun

Sebarkan artikel ini
Page Visited: 708
0 0
Read Time:1 Minute, 27 Second

SAROLANGUN-Suararakyatnews.com,

Desa Muara Air Duo Kecamatan Batang Asai yang Berada di gugusan Bukit Barisan yang memiliki iklim sejuk, menjadi modal bagi pihak Pamerintah Desa dalam mengembangkan perkebunan Kopi jenis Robusta yang merupakan turunan dari jenis Coffea Canephora. Saat ini para petani Kopi di desa Muara Air Duo yang berada di hulu Sungai Batang Asai ini, telah menghasilkan beras kopi berkualitas mencapai 1,3 Ton pada masa panen mingguan, sedang ketika pada masa panen besar, hasil panen para petani bisa mencapai puluhan Ton.


Saat ini luas area perkebunan kopi di Desa Muara air duo telah mencapai 250 Hektar, sebagian besar penduduk telah beralih menjadi petani kopi sejak 4 tahun terakhir, luas perkebunan kopi didesa ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat, mulai dari tahun 2019 ini pihak Pemdes setempat akan kembali menyalurkan bantuan bibit Kopi jenis Arabica.

Keberhasilan usaha perkebunan Kopi yang saat ini menjadi penompang ekonomi masyarakat di Muara Air Duo ini, tidak terlepas dari tangan dingin sang Kepala Desa Sakardi sebagai pengagas pertama kali yang mengajak masyarakatnya beralih pada usaha perkebunan kopi, ia pun memberikan bantuan bibit kopi gratis kepada setiap Kepala keluarga melalui program DD dan P2DK.

“Kita akan terus kembangkan perkebunan kopi ini, sebab bila dikelola dengan baik pada masa 18 sampai 24 bulan, hasilnya sudah mulai kelihatan. Sebelum berkebun kopi, mayoritas masyarakat hanya menggarap sawah dan menyadap karet, sedangkan untuk usaha jangka panjang, ada juga yang menanam kayu manis yang memiliki masa panen hingga 15 tahun.” terang Sakardi saat dibincangin Suararakyatnews pada Sabtu (18/5/2019).


Sementara itu, untuk pemasaran sendiri menurut Sakardi, tidak ada kendala, yang menjadi hambatan bagi petani dalam membawa hasil perkebunan ke kota, buruk infrastruktur jalan Provinsi, sehingga petani lebih memilih menjual dengan pengepul didesa dengan harga berkisar Rp 18.000-/perkilogramnya. (Aang)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Advertisements
Advertisements

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

/* */