JAKARTA-Suararakyatnews
Konferensi Pers SBY
Kuningan, 14 Februari 2017
Salam sejahtera untuk kita semua, rekan rekan wartawan dan insan pers yang saya cintai. Rakyat Jakarta dan Rakyat Indonesia kebetulan melihat pernyataan saya ini yang saya cintai dan saya banggakan. Pertama tama saya mengucapkan terima kasih kepada insan pers dan media massa, yang mau dan berani untuk meliput penjelasan saya ini. Terus terang bulan bulan terakhir ini, banyak yang tidak berani bertemu saya. Menerima telepon saya pun menghindar. Katanya takut kalau disadap atau ikut-ikutan susah.
Sebenarnya rekan-rekan wartawan, malam hari ini kami tengah melaksanakan acara zikir dan doa. Setelah 4 bulan lebih kami semua, utamanya tim pemenangan Agus-Sylvi, berikhtiar dan berupaya sekuat tenaga. Maka saatnya tiba untuk berserah diri dan mohon pertolongan Allah. Namun, saya terpaksa harus menyampaikan penjelasan kepada pers untuk diteruskan kepada saudara-saudara saya dan masyarakat Indonesia. Karena tiba-tiba hari ini ada serangan dan sebutlah black campaign yang disampaikan oleh Antasari, mantan narapidana yg baru saja mendapatkan grasi dari Presiden Jokowi.
Sama dengan pemilihan presiden 2004 dulu, di kala minggu tenang saya juga mendapatkan fitnah dan bahkan sebuah bulletin sengaja dibikin, dicetak dan diedarkan. Saya membacanya di Jawa Timur bahkan, yang isinya juga serangan, fitnah dan pembunuhan karakter. Jadi, Tuhan menakdirkan bahwa nasib Agus Harimurti Yudhoyono nampaknya sama dengan nasib saya dulu ketika mengikuti pemilihan presiden pada tahun 2004.
Saudara-saudara, hari ini Antasari mengeluarkan statement di Bareskrim Polri yang esensinya menuduh dan menyerang saya, merusak nama saya. Sebenarnya, sudah lama saya memperkirakan hal ini akan terjadi. Adalah saudara-saudara dan sahabat-sahabat saya yang mengingatkan, “Awas Pak SBY, sepertinya akan ada gerakan politik yang akan menggunakan Antasari untuk menyerang dan mendskreditkan Pak SBY.” Itu saya dengar sudah cukup lama, barangkali sejak 2 bulan yang lalu. Hal itu benar terjadi hari ini.
Saya harus mengatakan bahwa nampaknya grasi Presiden Jokowi ada muatan politiknya. Sepertinya, sepertinya ada misi untuk menyerang dan merusak nama saya, juga keluarga saya. Serangan ini diluncurkan dan dilancarkan satu hari sebelum pemungutan suara sebelum pencoblosan pilkada DKI Jakarta. Sulit untuk tidak mengatakan bahwa serangan fitnah, dan pembunuhan karakter ini terkait langsung dengan Pilkada Jakarta. Saya ulangi lagi, terkait langsung dengan Pilkada pemungutan suara yang insya Allah akan dilaksanakan esok hari.
Saya duga juga ini direncanakan, tidak muncul tiba-tiba oleh Antasari dan aktor-aktor politik yang ada di belakangnya. Tujuan dan sasarannya jelas saudara-saudara, siapapun tahu. Agar nama SBY dan nama Agus Harimurti Yudhoyono rusak, tercoreng. Akhirnya, yang diharapkan dalam pilkada Jakarta yang pemungutan suaranya akan dilaksanakan esok hari 15 Februari 2017, Agus-Sylvi kalah.
Dari hati saya yang paling dalam harus mengatakan luar biasa politik ini, luar biasa negara kita sekarang ini. Setelah sejak november saya SBY terus diserang dan dihancurkan nama baik saya tujuannya jelas sekali agar elektabilitas Agus Harimurti drop dan menurun dan kemudian kalah dalam Pilkada. Tapi nampaknya, masih belum puas karena hal ini harus menghancurkan nama SBY dan AHY di jam-jam terakhir sebelum pemungutan suara. I have to say politik ini kasar, kurang berkeadaban, tak masuk di akal sehat dan naudzubillah sepertinya kekuasaan bisa berbuat apa saja. Menindas yang lemah dan tidak berdaya. Malam ini saya jawab dan klarifikasi sehingga tuduhan sadis Antasari bersamaan dengan jalan hukum yang sudah saya tempuh hari ini juga. Sementara fitnah Antasari kepada keluarga saya yang lain akan juga dituntut secara hukum pada saatnya yang tepat nanti. Meskipun saya pesimis dan bisa-bisa keadilan tak bisa saya dapatkan. Tapi saya tetap percaya atas keadilan yang diberikan oleh Allah.
Saya tidak tahu kapan dan bagaimana cara keadilan Allah, keadilan Tuhan akan datang. Sekarang ini, sepertinya selalu membenarkan yang kuat dan bukan memperkuat kebenaran. Saya tidak tahu apakah saudara saudara, pers dan media juga berani memperkuat kebenaran atau juga selalu membenarkan yang kuat. Saudara saudara, Antasari menuduh saya sebagai inisiator dari kasus hukumnya. Seolah-olah tidak bersalah, dan hanya menjadi korban. Dengan izin Allah, dengan tegas saya sampaikan tuduhan itu sangat tidak benar. Tuduhan itu tanpa dasar. Tuduhan itu liar. Tidak ada niat, tidak ada pikiran dan tidak ada pula tindakan saya untuk melakukan tindakan yang seolah olah mengorbankan Antasari.
Kejahatan yang melibatkan Antasari tersebut tak ada hubungannya dengan posisi dan jabatan saya dan juga posisi dan jabatan Antasari saat itu. Untuk diingat saudara saudaraku rakyat Indonesia, saya tidak pernah menggunakan kekuasaan saya sebagai Presiden dulu untuk mencampuri penegak hukum untuk kepentingan politik saya. Saya tidak pernah mengintervensi kepolisian, kejaksaan, dan majelis hakim. Sama sekali tidak, dalam urusan hukum kasus Antasari. Karenanya, saya berharap para penegak hukum dapat menggelarkan dan membuka kembali kasus Antasari.
Saya tidak tahu bagaimana aturan hukumnya, saya berharap ungkap semua fakta, data dan kebenaran dengan gamblang. Segamblang gamblangnya. Saya kira para penegak hukum yang memproses kasus Antasari masih ada semua. Penyelidik dan penyidik kepolisian masih ada. Mantan Kapolri nya masih ada. Penuntut, jajaran kejaksaan masih ada. Mantan Jaksa Agungnya masih ada, pemutus tuntutan umum masih ada. Majelis hakim saya kira juga masih ada. Bapak bapak para pendekar kebenaran dan keadilan, ceritakan kebenaran apa adanya. Jangan takut semoga Bapak Ibu para penegak hukum waktu itu tidak tergoda dengan iming-iming jabatan sehingga meracaukan kebenaran. Biar rakyat Indonesia semuanya tau apa yang terjadi atas almarhum Nasrudin dulu. Para penegak hukum kasus Antasari terang benderang, bahkan kata mereka, para penegak hukum ada pro yang lebih menguatkan kebenaran atas putusan majelis hakim dulu. Tetapi karena saya yang tidak terkait sama sekali, apalagi terlibat, dituduh secara sadis. Maka sekali lagi, ungkap, buka, dan beberkan keseluruhan kasus Nasrudin yang melibatkan Antasari.
Saudara saudara, saya harus mengatakan karena hampir tidak ada yang berani mengatakan. Wajah demokrasi, kebebasan dan keadilan di negeri ini mengalami ancaman yang serius. Saya merasakan sejak Agus Harimurti Yudhoyono maju sebagai Gubernur Jakarta bukan main tekanan, fitnah, dan pembunuhan karakter terhadap saya dan keluarga. Saya bertanya dalam hati apakah memang tidak boleh Agus Harimurti Yudhoyono menggunakan hak konstitusionalnya untuk ikut dalam Pilkada Jakarta.
Apakah memang seseorang harus dimenangkan dengan segala cara, mutlak, dan harga mati sehingga saingan kuatnya harus dihancurkan dengan cara cara yang tidak ksatria dan tidak demokratis. Saya punya keyakinan saudara saudara, apa yang dilakukan Antasari tidak mungkin tanpa blessing dan restu dari kekuasaan. Para penguasa hati-hatilah, dalam menggunakan kekuasaan, jangan bermain api, terbakar nanti. Ingatlah rakyat, takutlah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sewenang wenang dalam menggunakan kekuasaan, keadilan Allah, keadilan Tuhan akan datang. Rakyat Indonesia, marilah kita memohon. Dan mohon pertolongan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa agar negara kita diselamatkan. Kepada teman-teman seperjuangan, jangan menyerah. Saya harus menghadapi ujian dan cobaan kali ini. Jangan terpengaruh dengan saya harus menyelesaikan ini, lanjutkan perjuangan! Kepada Agus-Sylvi tetaplah tabah, dan teruslah berjuang sambil juga memohon keadilan dan kebenaran pertolongan Allah, Tuhan yang maha kuasa. Berserah diri lah, esok hari serahkan pula kepada saudara saudara kita rakyat Jakarta siapa yang diharapkan memimpin Jakarta 5 tahun mendatang. Semoga rakyat kita juga mendapatkan tuntunan Allah untuk memilih yang benar.
Demikianlah rekan rekan wartawan yang saya cintai, jawaban dan klarifikasi saya. Saya pertanggungjawabkan penjelasan saya ini, lahir dan batin, dunia dan akhirat. Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum Wr Wb (Net)