space
space
EKONOMI

Pengamat: Lonjakan Harga Batubara Momentum Bagi Pemerintah Pacu Perekonomian

36
×

Pengamat: Lonjakan Harga Batubara Momentum Bagi Pemerintah Pacu Perekonomian

Sebarkan artikel ini
Page Visited: 245
0 0
Read Time:5 Minute, 29 Second

JAKARTA – Pengamat ekonomi dan energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi berpendapat, Pemerintah bisa memanfaatkan momentum tingginya harga batubara di pasar dunia saat ini untuk memaksimalkan pendapatan negara sekaligus menekan defisit yang harus
dibayarkan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di pasar domestik.

Fahmy mengatakan, Indonesia sebagai penghasil batubara terbesar ketiga dunia, sejatinya bisa merasakan dampak positif dari tingginya harga batubara tersebut untuk memperoleh kontribusi yang signifikan pada pendapatan negara, dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang bergerak di sektor tersebut.

Menurut Fahmy Radhi, memacu ekspor batu bara dengan memanfaatkan tingginya harga batu bara saat ini bisa dijadikan solusi jangka pendek pemerintah untuk menambal kebutuhan dana untuk pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri.

Di tengah gejolak geopolitik di Eropa Timur, pemerintah bisa memperbesar angka ekspor batubara ke pasar Asia, sekaligus mengupayakan perluasan pasar di luar Asia Pasifik.

“Di tengah tingginya harga minyak mentah dunia yang berkontribusi pada tingginya defisit produk migas, maka industri batu bara ini bisa sangat membantu. Momentum ini perlu dimanfaatkan,” ujar Fahmy dalam pernyataan tertulisnya, Minggu (3/4/2022)

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga minyak mentah dunia telah berkontribusi pada peningkatan defisit neraca perdagangan migas pada Februari 2022. BPS melaporkan neraca perdagangan migas Indonesia kembali defisit sebesar US$1,91 miliar pada Februari 2022.

Angka tersebut meningkat 43,64% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/m-to-m) serta melonjak 329,9% dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya (year on year/YoY). Sehingga bisa dikatakan neraca perdagangan migas Indonesia selalu mengalami defisit dalam 7 tahun terakhir.

“Saat ini diketahui industri batu bara berkontribusi pada peningkatan devisa dari ekspor, PNBP, termasuk juga meningkatkan pendapatan dari perusahaan yang pada akhirnya ikut mengerek perekonomian masyarakat dan tenaga kerja yang bergantung pada sektor minerba, khususnya batu bara. Apalagi saat ini harganya tengah meroket akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina,” ujar Fahmy.

Belum lama ini Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Peluncuran SIMBARA dan Penandatanganan MoU Sistem Terintegrasi dari Kegiatan Usaha Hulu Migas, Selasa (08/03/2022), menyebutkan penerimaan negara dari sektor pertambangan mineral dan batubara (Minerba) mencetak angka Rp 124,4 triliun di tahun 2021, yang mencakup pajak, bea keluar, hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

“Ini adalah penerimaan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir,” ujar Menkeu. Ia juga menjelaskan, pencapaian rekor penerimaan negara dari sektor minerba tersebut dipicu oleh meningkatnya harga komoditas pertambangan, seperti batu bara.

“Kenaikan harga komoditas mineral dan batubara memberikan kontribusi besar,” kata Sri Mulyani.

Dikatakan Fahmy, upaya pemerintah memanfaatkan momentum tingginya harga batu bara dengan cara mengekspor dengan volume lebih besar nantinya juga akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

“Kalau penghasilan negara dari batu bara dan komoditi lain meningkat, negara tentunya
punya dana cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan,” kata Fahmy.

Secara umum peningkatan produksi di tengah tingginya harga akan meningkatkan royalti yang diterima oleh pemerintah daerah. Dana dari royalti ini, papar Fahmy, bisa dimanfaatkan pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur daerah seperti pengaspalan jalan dan pembangunan jembatan yang pada ujungnya bisa membantu akselerasi aktivitas ekonomi publik, khususnya di daerah terkait. Salah satunya juga bisa digunakan untuk membangun kantor pelayanan publik.

Pendapatan dari royalti batu bara tersebut juga bisa dijadikan substitusi pendapatan yang belum maksimal bertumbuh di tengah pandemi, akibat penerapan pembatasan aktivitas publik.

Bagi sebuah daerah dengan perekonomian yang bertumpu pada sektor pertambangan, maka peningkatan produksi batubara bisa berimplikasi pada peningkatan pendapatan perkapita di daerah tersebut.

“Tingginya ekspor batu bara, maka akan ada implikasi positif berupa peningkatan pendapatan per kapita,” lanjut Fahmy.

Peningkatan kegiatan pertambangan batu bara serta ekspor, tentunya akan berdampak pada kegiatan ekonomi lainnya, seperti sektor perdagangan dan jasa transportasi yang merupakan sektor ekonomi pendukung dalam industri batu bara.

Dampak positif lain yang dapat diperoleh dari tingginya harga batu bara saat ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dapat memberikan kontribusi lebih banyak dari sebelumnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka bagi masyarakat sekitarnya.

Program-program CSR tersebut diharapkan dapat membantu dan menggerakkan perekonomian daerah tempat perusahaan tersebut beroperasi.

CSR merupakan kewajiban yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), Pasal 74 ayat (1). Pasal tersebut berbunyi: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

Sebagai contoh, kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) yang pada akhir tahun 2021 memberikan bantuan dalam bentuk Perlindungan Jaminan Sosial di 10 Desa
Lingkar Tambang Perusahaan Geo Energy Group dan PT BUMA.

Perlindungan Jaminan Sosialtersebut diberikan kepada 400 Pekerja Rentan atau Bukan Penerima Upah (BPU). Ini merupakan wujud kepedulian bersama Geo Energy Group dan PT BUMA dalam mendukung pekerja rentan agar tidak khawatir pada saat bekerja karena sudah terlindungi Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

Contoh lainnya, PT Berau Coal yang memiliki program CSR mendirikan pabrik pengolahan kakao ‘Berau Cocoa’ di area Politeknik Sinar Mas Berau Coal, Sei Bedungun, Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur. Program CSR PT Berau Coal di Berau digelar lewat pengembangan agrobisnis untuk meningkatkan ketahanan ekonomi.

Di Berau Cocoa, PT Berau Coal turut menjalankan tata kelola pasar, membantu meningkatkan kualitas kakao sehingga harga jual beli petani jadi lebih tinggi.

Aktivitas CSR PT Berau Coal di Kabupaten Berau tak hanya fokus padapengembangan pertanian dan perkebunan seperti pengembangan kakao Berau, tapi juga menggelar sejumlah program yang menunjukkan kepedulian terhadap pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.

Bahkan CSR yang diberikan PT Berau Coal disebut-sebut merupakan salah satu yang terbesar di Kalimantan Timur dibanding perusahaan-perusahaan tambang batu bara lainnya.

Di Berau, kebun kakao tersebar di 13 kampung dampingan yakni Suaran, Tumbit Dayak, Tumbit Melayu, Long Lanuk, Nyapa Indah, Batu Rajang, Labanan Makarti, Gunung Tabur, Merasa, Rantau Panjang, Sambarata, Sambaliung, dan Segah. Terdapat 367 petani kakao yang didampingi perusahaan dengan lahan tanam seluas 450 hektare.

Kembali mengutip dari data BPS, jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertambangan dan penggalian pada Agustus 2021 tercatat sebanyak 1,44 juta orang. Angka tersebut merupakan kenaikan dari bulan Februari tahun 2021 yang sebesar 1,34 juta orang.

Fahmy juga berharap para pelaku industri batu bara nasional terus meningkatkan kapasitasnya dalam mengembangkan produk batubara bernilai tambah. Menurutnya, dengan upaya menciptakan hilirisasi produk batu bara, maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan semakin bertambah sehingga bisa menekan tingkat angka pengangguran di Indonesia.

“Tentunya dibutuhkan peran swasta termasuk investor asing untuk ikut mengembangkan hilirisasi batu bara di dalam negeri, semisal untuk menciptakan proses coal liquefaction atau coal gasification. Peran pemerintah pun sangat besar untuk bisa meningkatkan minat swasta untuk pengembangan produk hilir batubara tadi, dengan memberikan insentif seperti kebijakan fiskal yang bisa mendorong para pelaku usaha,” ujar Fahmy Radhi.

kunjungi sumber berita : tribunnews

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Advertisements
Advertisements

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

/* */