ARTIKEL

11 Sifat Manusia Yang Perlu Diperbaiki Agar Negaranya …

271
×

11 Sifat Manusia Yang Perlu Diperbaiki Agar Negaranya …

Sebarkan artikel ini
Page Visited: 1696
0 0
Read Time:11 Minute, 14 Second

Ditulis oleh seorang jurnalis Indonesia, Mochtar Lubis, dalam perjalanannya ke Belanda pada 5 April 1979. 

Indonesia merupakan sebuah negara dengan ragam terbesar, baik alam hingga manusianya. Dalam keragamannya, manusia Indonesia memiliki ciri atau sifat yang melekat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mereka.


Setidaknya hal tersebut yang hendak di sampaikan Mochtar Lubis dalam pidato kebudayaan yang diadakan di Taman Ismail Marzuki pada 6 April 1977 silam.

Mochtar Lubis sendiri merupakan seorang wartawan dan pengarang.


Ia sempat menjadi bagian dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan juga anggota International Press Institue.

Dirinya juga salah satu pendiri kantor berita Antara. Sejumlah novel karyanya juga pernah diterbitkan dan memperoleh penghargaan.


Salah satu novelnya yang terkenal adalah Senja di Djakarta.

Dalam pidato kebudayaannya itu, setidaknya terdapat enam ciri manusia Indonesia yang Mochtar Lubis sampaikan.

Jakob Oetama, yang juga seorang wartawan senior serta salah pendiri surat kabar harian Kompas mengungkapkan bahwa pidato kebudayaan Manusia Indonesia ini mampu menjadi permulaan kerangka yang berguna untuk membangun kembali manusia Indonesia.

Sebelas sifat manusia Indonesia

Jika dibandingkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, apakah keenam ciri Manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis masih berlaku? Berikut adalah keenam sifat manusia Indonesia tersebut.

1. Hipokrisi (Munafik / Suka berpura-pura)

Ahmad Musadeq cs, Kanjeng Dimas Taat Pribadi dan Gatot Brajamusti.

Munafik. Kata hipokrisi didapat dari Yunani ὑπόκρισις (hypokrisis), yang artinya “cemburu”, “berpura-pura”, atau “pengecut”.

Dalam bahasa indonesia sendiri sering disebut sebagai “munafik”. Ciri yang satu ini cukup menonjol di tengah kehidupan masyarakat Indonesia.

Sistem feodal di masa lalu yang menekan rakyat Indonesia menjadi sumber dari hiprokisi yang dahsyat! Baik datang dari urusan keagamaan, sosial, hingga masalah korupsi.

Agama datang untuk memperkaya kehidupan jiwa manusia Indonesia, namun tak sepenuhnya mampu dirasakan karena dihantarkan dengan kekerasan, paksaan, kemunafikan, kebencian, kedengkian, hingga persekutuan dengan kekuasaan lain.

Hal ini jelas melenceng jauh dari ajarannya, jauh panggang daripada api. Begitu pula orang-orang yang menentang korupsi, namun turut juga melakukan korupsi.

Banyak dari manusia Indonesia yang mengatakan bahwa hukum yang diterapkan dalam negeri ini telah bersikap adil, namun pada kenyataannya pencuri kecil masuk penjara, namun koruptor bebas keluar masuk penjara.

Kondisi tersebut tak berubah ketika kita mengingat kasus pencurian bambu yang dilakukan oleh sepasang nenek dan kakek di Gorontalo pada beberapa waktu lalu, yang memaksa mereka disidangkan di Pengadilan Negeri Limboto. Hal yang sangat-sangat kontras dengan pelaku korupsi besar yang beberapa kali lolos dari sidang.

2. Tak Bertanggungjawab

Buang sampah sembarangan? Sudah tradisi

Cuek, naif dan masa bodoh. Menurut Mochtar Lubis, kata “Bukan saya” adalah kalimat paling populer di mulut manusia Indonesia.

Kesalahan yang dilakukan oleh atasan digeser ke bawahannya, dan terus dilakukan sampai pemegang jabatan paling bawah.

Sejumlah kasus korupsi yang terjadi di Indonesia hingga kini dilakukan tak hanya oleh pimpinan, namun juga merambah ke pekerja bawahan mereka.

Dari kasus tersebut, diduga ada sistem bagi-hasil dari keuntungan yang didapat dari aksi korupsi mereka. Salah satu kalimat familiar yang ada di tengah masyarakat perkotaan seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya, terutama kalangan menengah ke bawah adalah “Saya hanya melaksakan perintah dari atasan.”

Bahkan sampai ke tingkat supir bus dan angkot, yang sering membuat kemacetan karena seka ‘ngetem’ , tak mau disalahkan dan selalu berujar “Setoran belum cukup”.

Mereka memang tak mau disalahkan alias tidak mau bertanggungjawab atas apa yang jelas-jelas dilakukannya. Pernyataan-pernyataan tersebut hingga kini masih melekat pada banyak oknum pejabat, pemerintah, keamanan, supir, hingga level bawah lainnya, untuk sekedar menutupi hati nurani mereka.

3. Berjiwa Feodal

Kapitalisme terorganisir dan premanisme struktural. Feodal berhubungan dengan susunan masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan atau elit, tentang sikap, cara hidup dan sebagainya. Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosio-politik yang dijalankan kalangan bangsawan/monarki/kaum elite, untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra.

Dalam pengertian yang asli, struktur feodal disematkan oleh sejarawan pada sistem politik di Eropa pada Abad Pertengahan, yang menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya (vassal) sebagai penguasa kawasan atau hak tertentu (fief atau, dalam bahasa Latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja atau lord).

Salah satu tujuan dari revolusi kemerdekaan Indonesia adalah membebaskan manusianya dari feodalisme. Namun pada kenyataannya, bentuk-bentuk feodalisme baru terus bermunculan hingga kini. Sikap-sikap feodalisme dapat kita lihat dari bagaimana pemerintah kita dalam urusan jabatan, banyak yang masih mengutamakan hubungan atau kedekatan ketimbang kecakapan, pengalaman, maupun pengetahuannya. Jiwa feodal ini tumbuh subur tak hanya di kalangan atas, namun juga bawah. Masalah feodalisme ini tidak lepas dalam kenyataan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia kini. Politik ‘bagi kursi‘ atau bagi-bagi jabatan yang terjadi dalam kancah politik Indonesia adalah salah satunya.

Pada masa reformasi sejak 1998, tujuan utama untuk menghapuskan praktek ini dengan sebutan lainnya yang lebih populer pada masa itu, yaitu Kolusi dan Nepotisme, hingga kini belum dapat dilakukan.

4. Percaya Takhayul

Animisme, dinamisme, satanisme. Ciri yang satu ini tak lepas dari kebudayaan dan tradisi bangsa Indonesia. Mereka masih percaya benda-benda disembah untuk memperoleh berkah. Tak jarang nyawa pun dipertaruhkan sebagai bagian dari persembahan.

Sampai saat ini pun, kita masih melihat secara nyata bagaimana banyak program televisi yang menayangkan hal-hal berbau magis dan gaib.

Nyatanya, hal tersebut masih saja menghibur manusia Indonesia saat ini. Tak hanya tayangan berbau takhayul, pengobatan yang mengandalkan dukun dan sihir pun masih terus dilakukan oleh masyarakat daerah di Indonesia.

Kepercayaan itu terus dilakukan meski tak ada penelitian yang mampu membuktikan keabsahannya. Pendidikan menjadi salah satu benteng yang kuat untuk menghalau pemikirian-pemikiran tersebut. Dengan pengetahuan yang memadai, hal tersebut akan mampu lebih dikaji ulang agar mampu diterima secara logika.

5. Watak Lemah


Mudah terhasut. Manusia Indonesia memiliki watak yang lemah serta karakter yang kurang kuat.

Dalam sejarah Indonesia, Presiden Soekarno adalah sosok yang mampu memberikan contoh dari ciri ini.

Terkait masalah inflasi yang pernah menyerang Indonesia, Soekarno pernah mengatakan bahwa inflasi itu baik demi ‘revolusi Indonesia’.

Dampaknya, seperti yang banyak diketahui, inflasi di Indonesia mencapai 650 persen dalam setahun setelah ia lengser dari kursi presiden.

Kegoyahan watak merupakan akibat dari ciri masyarakat dan manusia feodal juga. Hal tersebut hingga kini masih terus ditemukan dalam manusia Indonesia untuk menyenangkan atasan atau menyelamatkan diri sendiri.

6. Boros dan Maunya Instan

Boros dan tak suka suatu proses alias insttan. Lebih besar pasak daripada tiang. Itu kadang sifat yang banyak merasuki orang Indonesia.

Dia cenderung boros. Dia senang berpakaian bagus, memakai perhiasan, berpesta-pesta. Barang-barang bermerek selalu menjadi incaran orang Indonesia.

Manusia Indonesia juga tidak mau sesuatu itu melalui sebuah “proses”. Maunya langsung jalan pintas yang instan. Padahal, segala sesuatu butuh proses, bukan instan.

Jadi, mereka selalu mencela dan menganggap remeh suatu keputusan yang diambil, dan selalu melihat dari sisi yang negatif dan negatif dan negatif.

7. Malas


Malas, tak mau bekerja keras. Manusia Indonesia sebenarnya kreatif, cepat belajar, otaknya cukup encer namun malas dan kurang sabar. Mau kaya tapi enggan bekerja keras. Mau dapat gelar tapi ogah belajar.

Itulah yang sering kita lihat di sekeliling kita. Gejalanya hari ini adalah cara-cara banyak orang ingin segera menjadi “miliuner seketika”, sehingga sering terjebak dengan penipuan dengan kedok investasi.

Ada juga yang ingin mudah mendapat gelar sarjana sampai memalsukan atau membeli gelar sarjana, supaya segera dapat pangkat, dan dari kedudukan berpangkat cepat bisa menjadi kaya.

8. Tukang Menggerutu

Manusia Indonesia juga tukang menggerutu. Hanya saja, menggerutunya tak beralasan yang jelas apalagi hanya dari “katanya” atau “kabarnya” atau “dengarnya”.

Menggerutu adalah perkataan yang diucapkan dengan cara bergumam terus-menerus karena rasa mendongkol atau tidak puas dengan keadaan atau peristiwa yang dilihatnya atau yang dialaminya.

Parahnya, kadang menggerutu hanya beraninya di belakang orang yang dikeluhkan. Biasanya mereka yang tukang menggerutu, mencari orang yang sepemahaman dengan dirinya. Tak percaya? Lihat saja mereka.

9. Cepat Cemburu dan Dengki

Cemburu dan dengki terhadap orang lain yang dilihatnya lebih maju dari dia. Ada perbedaan antara cemburu dan dengki. Cemburu berarti merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya alias  syirik. Jika cemburu, itu artinya berdasarkan omongan negatif, atau ejekan atau sejenisnya.

Namun jika dengki, ini yang parah. Dalam kamus Bahasa Indonesia, dengki berarti: menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Jadi, dengki lebih buruk dari cemburu, yaitu berusaha menjatuhkan orang lain, alias berniat jahat. Misal dengan memfitnah, hingga orang yang dituju menjadi terpuruk dalam satu hal atau beberapa hal akibat perbuatann sang pendengki itu.

Akibatnya mereka mudah untuk menjatuhkan orang lain dengan intrik, fitnah, dan lain-lain. Ini sering disebut dengan penyakit SMS “Senang Melihat orang Susah, Susah Melihat orang Senang”.

10. Sok dan Sombong

Kalau sudah berkuasa maka mudah “mabuk kuasa”. Kalau sudah kaya lalu menjadi “mabuk harta” , alias jadi rakus. Jika sudah merasa mengerti agama, maka akan “mabuk agama”.

Ibaratnya, semua yang dikatakan oleh sesepuhya maka akan dimakan dan dilahap bulat-bulat. Hal ini kemudian membuat dirinya merasa paling benar dari semuanya.

Sombong artinya menghargai diri secara berlebihan, congkak atau pongah. Manusia yang meninggikan (memegahkan) diri atau berkata, berbuat dan sebagainya, dengan congkak.

Padahal sifat SOMBONG inilah yang membuat Malaikat dilaknat Tuhan menjadi Iblis. Bukan karena makhluk terkutuk itu tidak taat ataiu tidak beribadah, bahkan ia dulunya dikenal sebagai ahli ibadah. Namun karena KESOMBONAGNNYA, makhluk terkutuk itu dilaknat Tuhan dan diusir dari syurga.

11. Tukang Tiru (Plagiat)

Suka meniru atau plagiat. Artinya pengambilan karangan, pendapat dan sebagainya, dari orang lain, dan menjadikannya seolah-olah karangan, pendapat dan sebagainya, yang berasal dari dirinya sendiri.

Misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri alias jiplakan, sehingga di Indonesia ada istilah KW merujuk pada barang tiruan. Bahkan di lingkungan akademik pun tidak luput dari yang namanya plagiat.

Masihkah ada harapan?

Semoga kita bisa dijauhkan dari sifat-sifat tersebut di atas. Karena hanya ada dua sifat manusia di dunia, sifat positif (baik) dan sifat negatif (buruk).

Dua sifat itu diberikan Tuhan agar manusia dapat melihat perbedaanya, dan agar dapat menjadi barometer bagi manusia untuk dapat berfikir, mana yang baik dan mana yang buruk.

Sejak manusia ada, sifat jahiliyah, praktek dukun, sihir, santet dan sifat satanisme lainnya, sudah ada sejak manusia diturunkan. Oleh karena itulah seiring dengan manusia diturunkan, maka agama diturunkan agar kebaikan diajarkan kepada umat manusia sebagai penyeimbang.

Agama adalah kebaikan yang absolut dan tidak dapat diragukan lagi. Namun, plot dan agenda satanisme terus ikut membayangi sejak awal manusia ada di planet ini.

Indonesia sebagai negara dengan umat Islam terbesar yang beragama, namun tidak mempraktekkan apa yang telah diajarkan. Nah, disinilah awal mulanya masalah ini.

Umat beragama di Indonesia sekitar 90%, namun celakanya sebagian dari mereka percaya, pengikut dan penganut praktek mistis.

Pastinya, mistis mempraktekkan hal-hal yang berbau klenik, atau dengan kata lain, ada hubungannya dengan satanisme, bukan hanya kepada Tuhan.

Cocok sekali dengan sifat satanisme, yang mengumbar sifat benci, iri, sombong, khianat, dusta, munafik, dan semua sifat negatif serta sifat buruk lainnya.

Hal ini adalah lubang atau celah bagi penganut satanisme dari luar Indonesia untuk turut ambil bagian dalam plot dan agenda besarnya. Mereka manyukai sifat-sifat orang Indonesia kebanyakan, yaitu sifat seperti diatas. Karena yang terpenting bagi mereka hanyalah hasil akhir, alias apa yang manusia lakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Mereka para satanis tak perduli, walau umat Islam shalat 1000 raka’at pun, atau pandai mengaji, atau hafal Al-Quran, karena yang terpenting hanyalah hasil akhir, yaitu sifat mereka, jika mereka tetap mengumbar sifat benci, iri, sombong, khianat, dusta, munafik, dan semua sifat negatif serta sifat buruk lainnya, yang berarti sekutu dengan mereka, para satanis.

Begitu pula dengan umat Kristen dan umat beragama lainnya, walau mereka ke Gereja 1000 kali dalam setahun, atau tiap hari pun, mereka para satanis tak perduli, karena yang terpenting hanyalah hasil akhir, yaitu sifat mereka, jika mereka tetap mengumbar sifat benci, iri, sombong, khianat, dusta, munafik, dan semua sifat negatif serta sifat buruk lainnya, yang berarti sekutu dengan mereka, para satanis.

Mereka para satanis tak perduli seberapa banyak Anda sering beribadah, seberapa banyak Anda berdoa, karena yang terpenting: SIFAT ANDA SEPERTI MEREKA.  Itulah yang namanya hasil akhir.

Oleh karena itulah kekuatan dari luar sana selalu membonceng dengan dana mereka yang seakan tak ada habisnya, untuk mengguncang tiap negara di dunia yang merupakan ancaman dan musuh bagi mereka. Dan ancaman dan bayang-bayang itu akan selalu membonceng para believer, hingga akhir zaman.

Sebagian rakyat Indonesia memang masih bodoh, dan tetap akan tak pernah sadar. Walau dilimpahkan berkah dan alam yang kaya serta indah, mereka tetap tak akan sadar dan tak akan pernah bersyukur.

waspadai laten satanis pemecah belah bangsa di dunia dalam bentuk apapun

Satu-satunya sifat manusia Indonesia yang baik, yang bisa jadi menjadi sifat ke-12, adalah positif, yaitu artistik karena kreatifitasnya. Alam Indonesia yang kaya, membuat kepercayaan yang menjadi bagian dari budaya manusia Indonesia, rupanya justru membawa mereka tumbuh menjadi manusia yang dekat dengan alam. Hasilnya, manusia Indonesia memiliki daya artistik yang cukup tinggi.

Banyak hasil kerajinan masyarakat Indonesia yang diakui dunia. Bahkan sejak dulu kala, seperti candi-candi dengan pahatan yang indah, juga hingga kini, sebut saja kerajinan tembaga, perak, batik, tenun, patung kayu dan batu, hingga ukirannya.

Mereka adalah bagian dari daya imaginasi yang tumbuh subur di tengah masyarakat Indonesia. Bagi Mochtar Lubis, ciri ini merupakan salah satu yang paling menarik dan memiliki pesonannya sendiri. Ciri ini mampu menjadi tumpuan hari depan manusia Indonesia.

 

“Mereka tak perduli seberapa banyak ibadah Anda, dan tak perduli seberapa kuat keyakinan Anda terhadap Tuhan. Karena yang mereka pedulikan hanyalah Sifat dan Sikap Akhir Anda dalam menjalani kehidupan nyata. Yaitu sifat dan sikap Anda harus tak terlihat seperti orang religius dalam kehidupan nyata,  tapi harus seperti mereka, kaum Satanis”. (~IndoCropCircles)

 

(Sumber: Manusia Indonesia, Mochtar Lubis (1990) / wikicommons / umpalangkaraya.ac.id / natgeo / indocorpcircle)

 

***

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Advertisements
Advertisements

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

/* */