NTT-Suararakyatnews.com,
Musim kemarau di Pulau Palue menyebabkan warga di Desa Ladolaka, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami krisis air bersih yang menyebabkan mereka harus memanfaatkan batang pisang agar mendapatkan air bersih untuk kebutuhan di rumah.Pantauan Media, bahwa ada sejumlah warga kesulitan untuk mengakses air besrsih, jika tidak memperoleh air dari air tadah hujan yang ditampung dalam bak penampung, mereka harus membeli air asin dari sumur dengan harga Rp. 10.000/jerigen yang berisi sekitar 25 liter per/jerigen.Nua, seorang anak kecil. Ia adalah warga dari Dusun Loimite, Desa Ladolaka, bersama kedua orang tuanya hampir setiap hari ke kebun untuk mencari batang pisang yang bisa dimanfaatkan agar mendapatkan air.“Ia, saya dengan bapa dan mama. Kami itu pergi ke kebun, lihat pisang untuk kami Faruk dan kami ambil airnya” katanya.Lebih lanjut, bapaknya menambahkan bahwa air yang diperoleh dari pisang bisa digunakan untuk kebutuhan di rumah. Untuk mencuci piring, masak, dan yang lainnya.“Air pisang ini kami gunakan untuk masak, cuci piring, cuci pakian, dan yang lainya, tambahnya.Sebenarnya masyarakat Palue terkhusus di Desa Ladolaka sejauh ini memanfaatkan air tada hujan yang ditampung dalam bak penampung, tetapi persediaan tidak mencukupi untuk jangka satu tahun, karena kebutuhan di rumah melebih kapasitas yang siapkan.Bapak Alfridua Ngaji seorang warga di dusun Loimite, Desa Ladolaka menjelaskan, bahwa persediaan air dalam bak penampung memang cukup. Jika, peruntukannya hanya buat makan dan minum. Namun, semua perkiraan itu cukup sulit untuk diterapkan. Sebab, makin hari persediaan air akan berkurang jika penggunaanya melebihi batas minimum. Bahkan mereka harus berani membeli air asin dari desa lain di pinggiran pantai untuk bertahan hidup.“Sebenarnya pada musim kemarau seperti sekarang ini, persediaa air hujan dalam bak sudah sangat berkurang, sementara kebutuhan warga sangat banyak. Bahkan terkadang sejumlah warga terpaksa membeli air asin dari penjual yang jaraknya lumayan jauh”, ujarnya. Melihat kondisi ini, warga Palue mengharapkan adanya intervensi dari pemerintah Kabupaten Sikka dan juga ke-empat anggota DPRD dari Palue untuk memprioritaskan pembangunan sektor air bersih di masa mendatang, sekaligus menjaga ketersediaan air melalui konservasi alam. (Chois)